Depok-Jalan yang berliku dapat menggambarkan bahwa setiap orang memiliki titik awal yang berbeda-beda dalam memperoleh keberanian untuk bisa percaya diri melakukan public speaking yang baik. Melalui analogi seperti visualisasi jalan, tantangan emosional sering kali terjadi ketika seseorang ingin melakukan sesuatu, seperti rasa takut dan sikap rendah diri, merupakan hal yang harus dihadapi. Komunikasi yang efektif, harus dimulai dari kejujuran terhadap diri sendiri dan setiap orang pasti memiliki ciri khas yang autentik. Sebagai mahasiswa, tentu kompetensi public speaking perlu dimiliki, mengingat industri saat ini menuntut setiap orang untuk berkreasi dan cakap dalam berbagai bidang. Kemampuan public speaking akan menjadi salah satu skill yang dapat meningkatkan kepercayaan diri seseorang.
(Foto: Pristi menjelaskan pentingnya public speaking di dunia industri saat ini)
Hal tersebut disampaikan Pristi Sukmasetya, dosen dan public speaking coach, dalam seminar bertajuk “The Art of Persuasion: Convincing Others Through Your Words” yang diselenggarakan program studi (prodi) Penyiaran Multimedia, Program Pendidikan Vokasi, Universitas Indonesia (UI) pada Senin (18/11/2024) lalu. Sesi seminar ini menekankan betapa pentingnya untuk ‘mendengarkan’, karena hal tersebut merupakan fondasi di setiap kegiatan komunikasi. Para peserta turut diajak ikut serta untuk melakukan beberapa praktik teknik mendengarkan, memahami instruksi, dan menahan setiap reaksi spontan.
Pristi menyampaikan bahwa setiap pesan memiliki prinsip “Aku – Pesan – Kamu” yang berarti jika cara penyampaian pesan salah, maka pesan yang diterima akan memiliki makna yang berbeda. “Penting untuk memperhatikan gerak tubuh, ekspresi, intonasi, dan artikulasi agar dapat menjadi komunikator yang percaya diri. Sehingga, pesan yang ingin kita sampaikan dapat diterima dengan baik dan sesuai,” ujar Pristi.
(Foto: Pristi mengajak audiens untuk melakukan praktik public speaking)
Pada kesempatan tersebut, Pristi juga mengajak peserta untuk melakukan peregangan wajah dan melatih artikulasi dengan teknik lion face. Misalnya, seperti penyebutan a-i-u-e-o, b-d-g-j-h, berdeham, berdesis, dan berteriak. Pristi mengatakan, “Hal ini akan membantu komunikator dalam berkomunikasi secara jelas dan komunikan mendapatkan informasi yang sesuai.”
Ketua Program Studi Penyiaran Multimedia, Peny Meliaty Hutabarat, S.Sos., M.S.M., mengatakan bahwa public speaking merupakan modal bagi seseorang dalam menghadapi dunia profesional. “Adanya seminar ini diharapkan dapat menjadi bekal bagi mahasiswa untuk mempersiapkan diri dalam memperdalam soft skill sebelum terjun ke dunia industri,” tutur Peny.