Depok-Program studi (prodi) Terapi Okupasi, Program Pendidikan Vokasi, Universitas Indonesia (UI), mengadakan kuliah dosen tamu yang menghadirkan Abdul Ghofar, A.Md.OT., S.Pd., M.H., C.M.PH, seorang okupasi terapis yang berfokus pada pendidikan. Kegiatan yang dilaksanakan pada Rabu (12/02/2025) secara daring tersebut membahas pentingnya pendidikan inklusif di Indonesia, menekankan perlunya pola pikir pertumbuhan dan peran profesional seperti psikolog, dokter, dan terapis okupasi dalam memberikan pengalaman pendidikan yang holistik.
Ghofar mengawali materi kuliah dengan konsep pendidikan inklusif, yaitu pendidikan yang menjamin kesamaan dan kesetaraan bagi peserta didik berkebutuhan khusus dan peserta didik umum untuk mengikuti pendidikan secara bersama dengan suatu layanan yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. Pendidikan inklusif ini juga perlu menjadi perhatian bagi semua pihak, tak terkecuali mahasiswa calon terapis okupasi di masa mendatang yang ikut terjun di lingkungan pendidikan inklusif tersebut. “Beberapa konsep penting dalam membangun pendidikan inklusif, di antaranya sumber daya yang tersedia, keberagaman dan keterbukaan, sistem pendidikan di sekolah, serta hubungan dengan peserta didik. Perlu adanya pendekatan kolaboratif antara pendidik, orang tua, dan masyarakat untuk menciptakan lingkungan inklusif yang menghargai dan mendukung semua anak,” ungkap Ghofar.
(Foto: Ghofar menjelaskan elemen dalam pendidikan inklusif)
Kendati demikian, masih terdapat banyak tantangan yang dihadapi terkait pendidikan inklusif di Indonesia. Misalnya, dari segi partisipasi, masih terjadi diskriminasi, sekolah yang belum ramah bagi semua peserta didik, terjadi pemisahan pendidikan yang ekstrem berdasarkan identitas tertentu, dan banyak anak yang belum terakomodasi di sekolah karena berbagai alasan. Dari segi kualitas proses, sering kali pembelajaran di sekolah tidak menyenangkan bagi peserta didik, pembelajaran di sekolah semata-mata hanya untuk menyelesaikan kurikulum, serta perbedaan dan keberagaman yang kurang diperhatikan.
Melihat tantangan tersebut, perlu adanya implementasi pendidikan inklusif. Beberapa elemen pendidikan inklusif, di antaranya mengakomodasi semua peserta didik, menghargai dan menerima perbedaan-keragaman, orang tua terlibat aktif dalam pembelajaran, guru bekerja dalam tim, dan lainnya. Ghofar menambahkan, “Tentu, pendidikan yang inklusif ini perlu didukung oleh berbagai pihak, termasuk pemerintah, kelompok kerja, lembaga sosial masyarakat, keluarga dan komite sekolah. Sehingga, implementasi pendidikan inklusif dapat direalisasikan secara merata dan sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.”
(Foto: Ghofar menyampaikan perkembangan kebijakan pendidikan inklusif di Indonesia)
Terakhir, Ghofar juga menyoroti pentingnya menggunakan pendekatan disiplin positif untuk membantu peserta didik yang merasa terintimidasi dapat lebih didorong untuk belajar. Anak-anak dengan kebutuhan khusus sering memiliki kombinasi hambatan internal dan eksternal yang membutuhkan pendekatan komprehensif untuk ditangani. Kuliah dosen tamu tersebut ditutup dengan diskusi terkait pentingnya layanan pendidikan inklusif di Indonesia maupun dunia.